Amal Cinta Al Aqsha – Presiden Cina Xi Jinping pada Kamis, 4 Juli 2024, mengatakan bahwa Beijing dan Ankara berbagi “pandangan yang sama atau serupa” mengenai konflik Israel-Palestina dan krisis Ukraina.
Pandangan itu disampaikan Xi saat bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Xi mengatakan Cina dan Turki “harus berkomunikasi erat” mengenai masalah ini. Keduanya bertemu di sela pertemuan puncak para pemimpin Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO).
Pembahasan mengenai Palestina dan Ukraina antara kedua pemimpin itu –yang bertemu terakhir kali di kota bersejarah Samarkand, Uzbekistan pada September 2022—muncul setelah perang Israel di Gaza terus berlanjut sampai hampir sembilan bulan hingga menewaskan 38.000 jiwa, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Sementara perang Rusia di Ukraina telah melewati masa dua tahun dengan ratusan jiwa tewas dan jutaan lainnya mengungsi.
Pernyataan dari Beijing menyebutkan Xi menyatakan kesiapan Cina untuk “memperkuat koordinasi dan kerja sama” dengan Turki dalam kerangka multilateral, seperti PBB dan G20.
Hubungan Cina dengan Turki “telah mempertahankan momentum pembangunan yang stabil (dan) keduanya merupakan negara berkembang utama dan anggota Global Selatan,” kata presiden Cina.
Dia mencatat kedua negara “memiliki konsensus luas dalam mengupayakan pembangunan dan revitalisasi negara masing-masing dan menjaga norma-norma hubungan internasional.”
“Kedua pihak semestinya saling mendukung dalam menjaga kepentingan utama, terus mengkonsolidasikan rasa saling percaya politik, mendorong kerja sama tingkat tinggi yang saling menguntungkan, dan mendorong pengembangan lebih besar hubungan kerja sama strategis Cina-Turki,” ujarnya.
“Cina mendukung Turki dalam mengambil jalur pembangunan yang sesuai dengan kondisi nasionalnya,” kata Xi, yang juga mendesak kedua pihak untuk memperluas perdagangan.
Xi menyuarakan dukungannya kepada perusahaan Cina untuk meningkatkan investasi mereka di Turki dan mendorong lebih banyak warganya mengunjungi negara tersebut.(ArG)
Sumber: Tempo.co