Amal Cinta Al Aqsha – Wali Kota Nuseirat Iyad al-Maghari menjadi salah satu korban tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza tengah. Israel terus menyasar Nuseirat, sebuah kota tempat kamp pengungsi di wilayah tengah Gaza.
Sebelumnya, serangan Israel ke sekolah UNRWA—badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina—yang juga berada di kota itu telah menewaskan 33 orang, termasuk belasan anak-anak.
Muhammad al-Salhi, Juru Bicara Pemerintah Kota Nuseirat, Jumat (7/6/2024) waktu setempat, mengatakan, Maghari tewas dalam serangan udara Israel saat ia meninjau stasiun pompa air yang mengolah air bersih untuk wilayah kota itu. Rudal Israel menghantam fasilitas pengolahan air tersebut di tengah kunjungannya, Kamis (6/6/2024) menjelang malam.
Serangan udara itu juga menewaskan empat anggota keluarga Maghari. Keseluruhan korban tewas dibawa ke Rumah Sakit Martir Al-Aqsa dan selanjutnya dimakamkan diiringi rombongan pelayat.
”Kami terkejut dengan serangan berbahaya dan pengecut terhadap Wali Kota di dalam fasilitas pengolahan air yang menyebabkan syahidnya Wali Kota Dr Iyad al-Maghari dan empat anggota keluarganya,” kata Salhi.
Militer Israel mengatakan, mereka mengetahui laporan bahwa Maghari tewas dalam serangan itu dan menyebutnya sebagai agen Hamas.
Pemerintah Kota Nuseirat mengatakan, mereka berduka atas tewasnya Wali Kota Maghari. Maghari disebut sebagai pemimpin yang penuh dedikasi dan pengabdian untuk melayani masyarakat di Nuseirat hingga saat-saat terakhir hidupnya.
Kantor media pemerintah yang dikelola Hamas mengatakan, Maghari tulus dan mengabdi pada pekerjaannya, melayani rakyat dan tanah airnya.
Salah satu warga, Ibrahim al-Hur, mengatakan, ia mendengar satu kali ledakan keras dan tak menyangka serangan Israel itu menyasar pompa air bersih. ”Hanya dengan satu rudal, lihat apa yang terjadi,” katanya sambil menunjuk ke dinding bangunan pompa yang hancur di belakangnya.
Akibat serangan udara Israel tersebut, fasilitas pengolahan air bersih Nuseirat rusak total. Beton berserakan, peralatan listrik terkoyak, dan noda darah berceceran di tanah. Para pekerja sedang menilai kerusakan pada pipa-pipa besar yang mengalirkan air kepada warga Nuseirat.
Serangan terhadap stasiun pengolahan air bersih ini memperparah krisis air bersih yang sudah melanda Gaza dan Rafah selama berbulan-bulan. Krisis air terjadi karena fasilitas-fasilitas air bersih rusak parah akibat perang.
Blokade total Israel terhadap wilayah tersebut membuat pasokan bantuan air bersih dan kebutuhan dasar lain sulit masuk. Warga dan pengungsi Gaza dan Rafah terpaksa minum air limbah atau air terkontaminasi.
Memasuki bulan kesembilan, serangan Israel ke Gaza sejak 8 Oktober 2023 telah menewaskan sedikitnya 36.731 warga Palestina di Gaza. Serangan ini merupakan balasan Israel atas serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat 250 orang di Israel disandera.
Rafah kian mencekam
Seiring macetnya pembicaraan gencatan senjata Gaza terbaru, Israel kembali membombardir wilayah tengah dan selatan Gaza pada Jumat. Sedikitnya 28 warga Palestina tewas dalam serangan Jumat malam.
Di Rafah, pasukan tank Israel terus bergerak maju ke tepi barat daya yang berbatasan dengan Jalur Gaza dan Mesir. Serangan Israel di Rafah telah berlangsung sebulan tanpa ada tanda-tanda mereda kendati dunia internasional terus mengecam.
Israel mengklaim serangan itu dimaksudkan untuk memusnahkan unit tempur Hamas yang masih utuh di wilayah tersebut.
Menurut kesaksian warga, tank-tank Israel ditempatkan di Distrik Al-Izba di dekat pantai Laut Tengah. Sementara para penembak jitu menyita beberapa bangunan rumah warga dan dataran tinggi. Warga terjebak di rumah mereka sendiri. Mereka takut keluar rumah karena tembakan senapan mesin Israel.
Pejabat kesehatan Gaza mengatakan, dua warga Palestina tewas dan beberapa lainnya terluka di Rafah barat akibat penembakan tank di sana. Di Gaza tengah, petugas medis Palestina mengatakan, serangan bom Israel menewaskan sedikitnya 15 orang tewas dalam semalam.
”Saya pikir pasukan pendudukan berusaha mencapai daerah pantai Rafah. Penggerebekan dan pengeboman semalam bersifat taktis, mereka masuk dengan tembakan keras dan kemudian mundur,” kata seorang warga Palestina.
Di Gaza utara, tiga warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel yang menyasar gedung sekolah di kota Gaza. Saat serangan terjadi, gedung sekolah itu digunakan keluarga-keluarga pengungsi untuk berlindung.
Militer Israel mengatakan, pihaknya menargetkan orang-orang bersenjata Hamas yang beroperasi dari sebuah kontainer di dalam gedung sekolah. Alasan ini mirip dengan alasan serangan udara di gedung sekolah UNRWA di Al-Nuseirat, Gaza tengah, sehari sebelumnya.
Serangan di sekolah UNRWA itu menewaskan 40 orang, termasuk 14 anak-anak, dan dikecam luas oleh masyarakat internasional. Menurut PBB, sekitar 6.000 pengungsi berlindung di sekolah itu saat serangan Israel menghantam.
Menyusul kecaman dunia, militer Israel memublikasikan identitas 17 orang tewas dalam serangan Israel dan dituduh sebagai anggota Hamas yang bersembunyi di sana.
Hamas membantah klaim Israel bahwa sekolah tersebut digunakan untuk menyembunyikan pos komando Hamas. Hamas juga membantah tuduhan militer Israel bahwa mereka berlindung di balik warga sipil dengan sengaja beroperasi di lingkungan padat penduduk, sekolah, dan rumah sakit.
Sebaliknya, para pejabat PBB dan lembaga kemanusiaan menuduh Israel menggunakan kekuatan yang tidak proporsional dalam perang tersebut. Israel membantahnya. Hamas juga menuduh Israel sengaja menargetkan lokasi sipil. Israel juga membantahnya.
Pelanggaran hak anak
Pada hari Jumat, Israel mengatakan menerima informasi bahwa Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah memasukkan militer Israel ke dalam daftar global pelaku pelanggaran terhadap hak anak-anak. Laporan mengenai anak-anak dan konflik bersenjata itu akan diserahkan ke Dewan Keamanan PBB pada 14 Juni 2024.
Wakil Tetap Israel untuk PBB Gilad Erdan menentang keras dan menyebutnya sebagai tindakan memalukan. Ia menyebut tentara Israel sebagai tentara paling bermoral sedunia.
Juru bicara Guterres, Stephane Dujarric, menolak berkomentar. Menurut kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas, serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 15.500 anak-anak sejak 7 Oktober 2024. (ArG)
Sumber: Kompas.id