Amal Cinta Al Aqsha – Ribuan warga Palestina di Israel berunjuk rasa untuk menuntut diakhirinya perang Gaza saat mereka memperingati Hari Tanah pada Jumat (30/3/2024).
Hari Tanah di sini merupakan peringatan tahunan atas penumpasan mematikan terhadap protes terhadap perampasan tanah oleh Israel pada 1976,
Para pengunjuk rasa yang dipimpin oleh anggota parlemen Israel keturunan Arab itu berbaris melalui kota Deir Hanna sambil mengibarkan bendera Palestina dan membawa spanduk bertuliskan “Hentikan Perampasan Tanah”: “Hentikan perang di Gaza”.
Sebagaimana dilansir Kantor berita AFP, sebagian besar demonstran adalah warga Arab Israel.
Mereka merupakan warga Palestina yang menghindari pengungsian selama perang tahun 1948 yang berujung pada berdirinya negara Israel dan yang, dengan keturunan mereka, kini berjumlah sekitar 21 persen dari populasi negara tersebut.
Sebuah kontingen kecil warga Yahudi Israel bergabung dalam unjuk rasa tersebut.
Beberapa di antara mereka membawa spanduk bertuliskan: “Orang Yahudi dan Arab menolak untuk bermusuhan”.
Hari Tanah memperingati protes dan aksi mogok pada 30 Maret 1976 yang menentang keputusan pemerintah Israel untuk merampas sebagian besar tanah di wilayah Galilea utara.
Polisi Israel menembaki para demonstran, menewaskan enam orang, dan rencana pemerintah kemudian dibatalkan.
“Pada hari ini 48 tahun yang lalu, rakyat kami menggagalkan proyek untuk menyita tanah kami dengan protes mereka… dan mereka mewujudkan tonggak penting dan menonjol dalam sejarah,” kata Kepala Dewan Kota Deir Hanna, Saeed Hussein, dalam sebuah pidato di alun-alun kota.
“48 tahun telah berlalu, namun mesin kematian dan pengusiran terus berlanjut… upaya untuk menghapus identitas nasional kita dan merampas tanah kita terus berlanjut,” tambahnya, dikutip dari AFP.
Warga Arab Israel mengalami tingkat pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan yang lebih tinggi daripada warga Yahudi Israel.
Pemimpin masyarakat dan mantan anggota parlemen Mohammed Barakeh mengatakan bahwa warga Arab Israel masih menghadapi pengusiran dan penindasan.
“Badan yang terbakar di Gaza adalah milik kami dan para perempuan yang terbunuh di Gaza adalah saudara perempuan kami,” ujarnya.
Barakeh mengecam apa yang ia gambarkan sebagai “genosida” di wilayah Palestina.
Sejak perang meletus hampir enam bulan yang lalu, warga Arab Israel mengatakan, mereka telah mengalami permusuhan yang semakin meningkat dari pemerintah dan warga Israel lainnya.
Perang dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober yang mengakibatkan sekitar 1.160 orang tewas di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan angka resmi dari Israel.
Kampanye pembalasan Israel telah menewaskan sedikitnya 32.705 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.
Eyal, seorang aktivis Yahudi Israel berusia 33 tahun, menjelaskan alasan dirinya bergabung dengan aksi tersebut, yakni sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Arab.
“Kami menuntut diakhirinya pembantaian oleh pemerintah Israel di Gaza dan diakhirinya perang di Gaza,” katanya. (ArG)
Sumber: Kompas.com