Amal Cinta Al Aqsha – Puluhan anak di wilayah Gaza turun kejalanan kota untuk menggelar demo, memprotes krisis pangan akut yang saat ini tengah terjadi di seluruh penjuru Palestina.
Aksi demo ini dilakukan anak-anak sambil memukul panci dan wajan kosong. Tak hanya itu dalam cuplikan video yang diunggah BRNA, anak-anak Gaza juga turut membentangkan sejumlah plakat bertuliskan kalimat “Kami kelaparan. Apakah Anda mendengar kami”.
Demo sengaja digelar sekelompok anak-anak di Gaza untuk membuka mata dunia bahwa negaranya saat ini tengah dilanda kekurangan makanan yang disebabkan oleh serangan Israel yang terus membombardir Jalur Gaza.
Dengan raut sedih yang terpancar dari wajah mereka, para anak-anak ini mengirimkan permohonan kepada dunia agar mereka segera mengambil tindakan, mencegah Israel melakukan serangan hingga membuat kelaparan membayangi daerah kantong Palestina.
“Kami di sini untuk memberitahu dunia bahwa kami kelaparan. Kami ingin makanan, kami ingin tepung, kami ingin hal-hal yang paling penting dalam hidup agar kami dapat bertahan hidup,” kata Nada Madoukh, salah satu anak di Gaza yang ikut dalam demo.
PBB: Anak di Gaza Meninggal Akibat Kelaparan
Sejak Februari lalu, jumlah truk yang mengantarkan pasokan bantuan yang memasuki wilayah utara Gaza secara bertahap menurun. Ini terjadi karena Israel melakukan pengetatan akses masuk di pintu perbatasan Rafah. Imbas pengetatan ini, ratusan truk bantuan kemanusiaan tak bisa masuk ke wilayah Gaza.
Israel bersikukuh tindakan blokade dilakukan untuk melumpuhkan kekuatan militan Hamas. Namun akibat pemblokiran akses pangan kini jutaan warga Palestina tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan dengan baik. Pembatasan juga membuat 20 anak-anak di Gaza meninggal dunia karena kekurangan gizi dan dehidrasi.
Adalah Yazan Kafarneh, bocah umur 10 tahun asal Gaza yang tewas akibat malnutrisi dan gizi buruk. Lewat unggahan foto yang beredar di sosial media, anak laki-laki itu terlihat pucat dengan dagu dan tulang yang menonjol lantaran daging di tubuhnya telah mengecil dan menyusut.
Kondisi ini dialami Yazan lantaran Keluarganya tidak mampu mempertahankan pola makan khusus pada Yazan selama peperangan meletus. Mereka terpaksa menukar telur di pagi hari dengan roti yang dibuat menjadi bubur menggunakan teh.
Keluarga di Gaza Makan Kaktus Mentah
Kondisi Gaza yang semakin memprihatinkan akibat krisis pangan memaksa para pengungsi harus putar otak mencari bahan pangan pengganti demi bisa bertahan hidup.
Seperti Marwan al-Awadeya dan keluarganya asal Gaza Utara yang terpaksa memakan kaktus jenis pir berduri untuk mengusir rasa lapar, di tengah ancaman krisis pangan.
Tak hanya batang kaktus saja yang dikonsumsi, Marwan dan beberapa warga lainnya juga turut menghaluskan bagian daun kaktus yang berduri agar bisa di konsumsi anak dan sanak keluarganya, sebagaimana dikutip dari Reuters.
“Kami mengkonsumsi kaktus mentah, saya bahkan kehilangan berat badan sekitar 30 kilogram di bulan ini karena tidak ada makanan. Dan kaktus adalah makanan terakhir kami.
Setelah semuanya hilang tidak ada yang tersisa,” kata Marwan yang duduk di kursi roda, sambil mengiris potongan kaktus untuk dua anaknya.
Pengungsi Konsumsi Rumput Liar
Sementara itu di bagian wilayah lainnya, para pengungsi harus mengkonsumsi rumput liar mallow atau tanaman liar yang hidup tumbuh subur di tanah Gaza.
Mallow sendiri merupakan tanaman liar yang hidup tumbuh subur di tanah perbatasan Gaza yang memiliki tanah keras dan kering.
Salah seorang pengungsi Gaza, Um Youssef Awadiyeh menuturkan bahwa keluarganya harus mengkonsumsi rumput liar dengan cara direbus dengan air tanpa nasi agar bisa bertahan hidup.
“Karena serangan Israel masih terus berlangsung kami mengolah , cara ini lebih baik daripada tidak sama sekali mengkonsumsi makanan,” jelas Awadiyeh. (ArG)
Sumber: Tribunnews.com