Penarikan Tentara Israel dari Gaza Bukan untuk Berhenti Tapi Awal dari Perang Total Lawan Hizbullah

share on:

Amal Cinta Al Aqsha – Penarikan pasukan dalam sebuah perang lazimnya menandakan kekalahan atau adanya tanda-tanda perdamaian di antara pihak bertikai. Tapi dalam kasus penarikan pasukan dalam jumlah besar pasukan Israel dari Gaza, hal itu dianggap justru sebagai awal dari perang total di kawasan.

Ulasan itu dilontarkan Hasan Illaik, jurnalis senior asal Lebanon yang telah bekerja dengan berbagai media dan platform regional, termasuk 15 tahun dengan harian terkemuka Al Akhbar.

Illaik yang fokus pada isu-isu yang berkaitan dengan Suriah, Lebanon, intervensionisme AS, ekonomi, dan urusan keamanan, termasuk spionase Israel, menyebut, sejauh ini Tel Aviv tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti atau menghentikan perang Gaza melawan Hamas dan milisi lain pembebasan Palestina. 

“Jangan terlena dengan penarikan pasukan Israel dari Gaza utara. Tel Aviv tidak mempunyai niat untuk mengakhiri perang ini, dan justru meningkatkan konflik di semua lini, termasuk dengan Lebanon,” katanya.

Ya, Lebanon, negara yang berbatasan dengan wilayah Palestina (yang dikuasai dan diduduki Israel) belakangan makin ramai diprediksi menjadi front kedua IDF untuk berperang, meski misi mereka Gaza jauh dari tuntas.

Pun begitu, pada awal tahun baru 2024 ini, tentara pendudukan Israel mulai melaksanakan penarikan sebagian besar pasukannya dari Jalur Gaza bagian utara.

“Penarikan diri ini tidak berarti berakhirnya perang di Gaza, dan tentu saja tidak berarti perdamaian di front Lebanon-Israel. Sebaliknya, mengurangi laju perang di Jalur Gaza meningkatkan kemungkinan terjadinya perang Israel di Lebanon,” kata Illaik.

Pertempuran yang terjadi antara tentara pendudukan Israel dan Hizbullah di sepanjang perbatasan selatan Lebanon sejak 8 Oktober, semakin meningkat intensitasnya dari hari ke hari.

Seperti diketahui, Hizbullah menegaskan tekad mereka untuk terus menyerang Israel sebagai bentuk dukungan bagi milisi perlawanan di Gaza, Hamas Cs.

“Washington dan Tel Aviv berupaya memaksimalkan tekanan terhadap Hizbullah dengan memperingatkan kemungkinan perang skala besar antara pasukan Israel dan kelompok perlawanan Lebanon. Taktik ini berlaku jauh sebelum pembunuhan Wakil Kepala Biro Politik Hamas Saleh Al-Arouri pada tanggal 2 Januari oleh serangan udara Israel di Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut. Pembunuhan Al-Arouri kini meningkatkan kemungkinan meluasnya perang,” ulasnya. (ArG)

Sumber: Tribunnews.com

share on: