Menilik Menu Buka Puasa Warga Gaza di Tengah Perang…

share on:

Amal Cinta Al Aqsha – Warga Muslim Gaza telah mulai menjalankan ibadah puasa Ramadhan pada Senin (11/3/2024).

Kantor berita AFP pada Selasa (12/3/2024) melaporkan, penduduk Gaza merayakan buka puasa tanpa sukacita di tengah kelaparan, penyakit, dan pengungsian akibat perang sejak Oktober lalu.

Ketika dunia Muslim menyambut dimulainya bulan Ramadhan pada hari Senin, warga Gaza menghadapi pengeboman Israel yang terus berlanjut dan krisis kemanusiaan yang terus meningkat.

Dengan aliran makanan dan bantuan lainnya yang melambat, warga Gaza menghadapi kelaparan.

Mengutip data dari Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas, sebuah laporan PBB mengungkap, sebanyak 25 orang di wilayah itu kini telah meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi.

Dari jumlah itu, sebagian besar dari mereka tidak lain adalah anak-anak.

Menu buka puasa warga Gaza

Warga Kota Khan Younis, Mohammad al-Masry, pada Senin menceritakan menu buka puasa yang ia temukan ketika kini terpaksa mengungsi di Kota Rafah, Gaza selatan akibat serangan Israel.

“Makanan berbuka puasa kini digantikan dengan makanan kaleng dan kacang-kacangan. Kami tidak menyiapkan apa-apa. Apa yang dimiliki oleh para pengungsi?” kata al-Masry. 

“Kami tidak merasakan sukacita Ramadhan… Lihatlah orang-orang yang tinggal di tenda-tenda dalam cuaca dingin,” tambahnya, dikutip dari AFP.

Om Muhammad Abu Matar, yang juga mengungsi dari Khan Younis, mengatakan kepada AFP bahwa tahun ini, Ramadhan terasa penuh dengan darah dan kesengsaraan, serta perpisahan dan penindasan.

Kelompok-kelompok bantuan telah memperingatkan risiko kelaparan di Gaza selama berminggu-minggu, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melaporkan kesulitan khusus dalam mengakses wilayah utara wilayah itu untuk pengiriman makanan dan bantuan lainnya.

“Kita kehabisan waktu,” kata Cindy McCain, kepala Program Pangan Dunia (WFP), pada hari Senin.

“Jika kita tidak secara eksponensial meningkatkan jumlah bantuan yang masuk ke wilayah utara Gaza, kelaparan akan segera terjadi,” jelasnya.

Kehancuran dan puing-puing

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Senin menyerukan untuk memberlakukan gencatan senjata selama Ramadhan dan mengatakan bahwa ia “terkejut dan marah karena konflik terus berlanjut”.

Di Kota Gaza, dikelilingi oleh reruntuhan bangunan, satu keluarga berkumpul di sekitar meja di samping reruntuhan rumah mereka untuk berbuka puasa pada hari Senin.

“Hari ini adalah hari pertama Ramadhan. Kami memutuskan untuk berbuka puasa di sini, di rumah kami yang hancur, meskipun di antara reruntuhan,” ujar Om Shaher Al Qta’a.

Sebelumnya pada hari itu, Zaki Abu Mansour mengatakan kepada AFP di Rafah bahwa makanan sahur yang ia makanan sangat sedikit, dan dia tidak tahu apa yang akan dia makan selanjutnya.

“Ini dapur saya,” kata warga Khan Younis yang mengungsi itu, sambil menunjuk ke salah satu sudut tendanya.

“Saya hanya punya tomat dan mentimun  hanya itu yang saya punya, dan saya tidak punya uang untuk membeli apa pun,” jelas dia.

Dengan bantuan yang masuk ke Gaza melalui truk jauh di bawah tingkat sebelum perang, dan warga Gaza semakin putus asa, pemerintah asing telah beralih ke bantuan melalui udara dan sekarang mencoba untuk membuka koridor bantuan maritim dari Siprus.

Seorang pejabat senior pemerintahan AS mengatakan bahwa inisiatif Siprus menyediakan sebuah platform di pelabuhan Larnaca untuk “penyaringan oleh para pejabat Israel terhadap barang-barang yang menuju Gaza”.

Pemeriksaan yang tidak praktis ini merupakan alasan utama mengapa kekurangan saat ini begitu mencolok, kata para pekerja bantuan, meskipun Israel menyalahkan masalah di pihak Palestina.

Amerika Serikat dan negara-negara lain kembali menerbangkan pasokan ke Gaza utara pada hari Senin, namun para pekerja bantuan mengatakan bahwa pengiriman melalui jalur darat akan jauh lebih efektif. (ArG)

Sumber: Kompas.com

share on: