Amal Cinta Al Aqsha – Jumlah warga Palestina di Gaza yang tewas akibat serangan Israel terus bertambah dan jumlahnya menjadi 16.248 orang sejak perang Hamas dan israel paceh pada 7 Oktober 2023.
Data korban warga Gaza yang tewas tersebut mengacu pada laporan kantor media pemerintah di wilayah Palestina yang terkepung pada Selasa, 5 Desember 2023.
“Para korban termasuk 7.112 anak-anak dan 4.885 perempuan, sementara lebih dari 43.616 lainnya terluka,” kata pihak berwenang Gaza dalam sebuah pernyataan.
Menurut kantor media, sekitar 7.600 warga Gaza masih belum ditemukan. Sebagian diantaranya tertimbun reruntuhan beton dari bangunan yang dibombardir oleh jet tempur dan helikopter militer Israel.
Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti ke Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas yang dilakukan Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023. Korban tewas Israel dalam serangan Hamas mencapai 1.200 orang, menurut laporan resmi.
Para pejabat Amerika Serikat (AS) memperkirakan fase operasi darat Israel di Gaza mungkin akan berlangsung sampai Januari 2024 mendatang. Ketika perang memasuki babak baru, Gedung Putih sangat khawatir dengan bagaimana operasi Israel akan berlangsung selama beberapa minggu ke depan.
Washington dengan tegas memperingatkan Israel bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tidak dapat meniru taktik menghancurkan yang digunakan di wilayah utara dan harus berbuat lebih banyak untuk membatasi jatuhnya korban sipil.
Belakanga kritik masyarakat internasional yang semakin menentang operasi darat Israel semakin keras. Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin merupakan satu di antara pejabat tinggi Gedung Putih yang lantang mengkritik.
“Israel hanya bisa menang dalam peperangan perkotaan dengan melindungi warga sipil,” kata Austin.
Saat berbicara di Forum Pertahanan Nasional Reagan akhir pekan kemarin, Austin mengatakan dukungan AS untuk Israel tidak bisa dinegosiasikan. Namun Austin mengatakan, Israel berisiko mengganti kemenangan taktis dengan kekalahan strategis, jika tidak berbuat lebih banyak untuk mencegah kematian warga sipil.
Jumlah korban jiwa akibat perang Israel-Hamas ini sangat besar. Di satu sisi, Israel meyakini telah membunuh ribuan militan Hamas. Meski AS secara terbuka meminta Israel meminimalkan kematian warga sipil, mereka berhati-hati untuk tidak secara langsung menegur taktik yang digunakan Israel.
Para pejabat meyakini bahwa lebih efektif untuk memberikan nasihat diam-diam kepada Israel di belakang layar daripada secara terang-terangan mempermalukan Israel.
Baik secara publik maupun secara pribadi, para pejabat Israel menyatakan bahwa tujuan akhir Israel adalah untuk melemahkan Hamas sedemikian rupa. Sehingga kelompok tersebut tidak akan mengulangi serangan yang mereka lakukan terhadap Israel seperti yang terjadi pada 7 Oktober.
“Tujuan tersebut, kemungkinan besar tidak akan tercapai pada akhir tahun kalender ini,” kata pejabat senior AS kepada CNN.
“Israel diperkirakan akan terus mengejar tujuan tersebut pada fase konflik berikutnya,” lanjut pejabat itu.
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani meminta Israel segera menghentikan segala bentuk tindakan genosida terhadap warga sipil di Gaza.
Dalam pidato pembukaannya di KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) pada Selasa (5/12/2023), Sheikh Tamim juga mendorong Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kekerasan tersebut.
“Merupakan aib bagi komunitas internasional jika membiarkan kejahatan keji ini berlanjut selama lebih dari dua bulan, di mana pembunuhan sistematis dan disengaja terhadap warga sipil tak berdosa, termasuk perempuan dan anak-anak terus berlanjut,” katanya.
Pihaknya akan terus berupaya agar gencatan senjata permanen antara Israel dengan kelompok militan Palestina Hamas dapat segera terwujud.
“Kami akan terus melakukan upaya dengan pemain regional dan global lainnya untuk mewujudkan gencatan senjata permanen dan menghentikan semua agresi terhadap rakyat Palestina,” ujar Sheikh Tamim.
Di samping itu, Sheikh Tamim juga menegaskan perjuangan di Palestina bukanlah perjuangan agama dan bukan perang melawan teror.
“Ini adalah perjuangan nasional antara pendudukan Israel dan rakyat Palestina yang terguncang akibat pendudukan ini,” kata Emir Qatar itu.
“Solusinya terletak pada mengakhiri pendudukan dan menyelesaikan permasalahan rakyat Palestina,” sambungnya. (ArG)
Sumber: Tribunnews.com