Amal Cinta Al Aqsha – Presiden Amerika Serikat Joe Biden mendorong para pemimpin Israel dan negara-negara Arab untuk mempertimbangkan masa pascaperang dengan serius. Biden mendesak agar mencapai kesepakatan solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina, sesuatu yang telah sulit dicapai selama beberapa dekade.
“Kita tidak dapat kembali ke status quo seperti yang berlaku pada 6 Oktober,” ujar Biden kepada para wartawan, merujuk sehari sebelum militan Hamas menyerang Israel dan memicu perang terbaru.
Gedung Putih mengatakan bahwa Biden menyampaikan pesan yang sama secara langsung kepada Netanyahu dalam panggilan telepon pekan lalu.
“Ini juga berarti bahwa ketika krisis ini berakhir, harus ada visi tentang apa yang akan datang. Dalam pandangan kami, solusi dua negara harus menjadi pilihan,” kata Biden.
Solusi dua negara, dengan negara Israel hidup berdampingan dengan negara Palestina yang independen, sulit diwujudkan bagi presiden AS dan diplomat Timur Tengah selama bertahun-tahun. Upaya terakhir untuk perundingan perdamaian yang dipimpin oleh AS pada tahun 2014 gagal, karena perbedaan pendapat tentang permukiman Israel, pembebasan tahanan Palestina, dan masalah lainnya.
Sementara itu, kepentingan akan kemerdekaan Palestina adalah sesuatu yang jarang dibahas oleh Biden pada awal masa pemerintahannya. Namun, dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa konflik ini dapat berkembang menjadi konflik regional yang lebih luas, Biden mulai menekankan bahwa upaya mencapai negara Palestina harus menjadi prioritas setelah perang ini berakhir.
Selama masa pemerintahannya, Biden lebih memfokuskan upayanya pada normalisasi hubungan antara Israel dan tetangganya di dunia Arab, dibandingkan dengan memulai kembali perundingan perdamaian. Namun, dalam beberapa hari terakhir, Biden telah mulai memprioritaskan isu kemerdekaan Palestina dalam percakapannya dengan pemimpin-pemimpin lain.
Namun, Biden menghadapi tantangan besar. Pemerintahan Israel yang berhaluan kanan menganggap kemerdekaan Palestina sebagai sesuatu yang mustahil. Otoritas Palestina yang kurang efektif hanya mengendalikan sebagian dari Tepi Barat dan memiliki sedikit kredibilitas di mata penduduk yang diperintahnya.
Selain itu, adanya pemilihan presiden AS yang akan datang juga menjadi faktor yang mempengaruhi peran Biden sebagai mediator pada tahun 2024. Meskipun ada banyak rintangan, Biden memandang penting untuk menyuarakan harapan dan menyatakan dukungannya terhadap negara Palestina.
Negosiator berpengalaman dalam proses perdamaian Timur Tengah, Dennis Ross, mengatakan bahwa walaupun tantangannya besar, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengabaikan isu Palestina. Ia menekankan bahwa saat melampaui krisis saat ini, masih ada harapan untuk mencapai tujuan perdamaian yang lebih besar. (ArG)