Amal Cinta Al Aqsha – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan dia tidak akan menyetujui gencatan senjata permanen sebelum Hamas dikalahkan dan sandera yang ditahannya dibebaskan.
Dan pada Rabu (5/6/2024), Menteri Pertahanan Yoav Gallant menyatakan bahwa semua negosiasi dengan Hamas akan dilakukan di bawah tekanan.
Israel pun terus melancarkan kampanye militer di Gaza untuk menghancurkan Hamas sebagai tanggapan atas serangan lintas batas kelompok tersebut di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan 251 lainnya disandera.
Setidaknya 36.580 orang telah terbunuh di Gaza sejak itu, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.
Awal tahun ini, pasukan IDF melakukan operasi darat terhadap pejuang Hamas di kamp-kamp di Gaza tengah yang berlangsung beberapa minggu.
Pada awal operasinya di Rafah pada tanggal 6 Mei, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memerintahkan warga sipil untuk mengungsi ke wilayah kemanusiaan yang diperluas yang membentang dari wilayah pesisir al-Mawasi hingga Deir al-Balah, di mana mereka mengatakan akan menemukan tenda, rumah sakit lapangan dan persediaan.
Namun badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pengungsi Palestina atau Unrwa memperingatkan pada Senin (3/6/2024) bahwa ruang untuk keluarga pengungsi di Deir al-Balah hampir habis, karena orang-orang terus berdatangan dengan harapan mendapatkan keselamatan padahal sebenarnya tidak ada.
“Kondisi kehidupan sama sekali tidak cocok untuk keluarga dan layanan penting, dan persediaan terbatas,” terangnya, dikutip BBC.
IDF juga mengatakan pada Rabu (5/6/2024) bahwa pasukan melanjutkan operasi yang ditargetkan di Rafah. Ia menambahkan bahwa mereka telah menemukan senjata dan melenyapkan teroris bersenjata, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. (ArG)
Sumber: Okenews