Amal Cinta Al Aqsha – Pemerintah Israel sangat irit membagikan informasi soal kerugian yang mereka derita selama perang Gaza yang dimulai 7 Oktober 2023.
Secara berkala, militer Israel [IDF] mengumumkan identitas tentara yang tewas pada hari sebelumnya — yang jumlahnya diyakini lebih banyak dibandingkan yang disampaikan — tapi tak pernah mengabarkan jumlah yang terluka.
Padahal, korban luka dari pasukan Israel sangat banyak. “Angka yang tidak dipublikasikan setiap hari adalah jumlah korban luka atau kondisinya,” tulis media Israel, Ynet, dikutip Selasa (12/11).
Dijelaskan, setiap hari, sekitar 60 korban luka baru diterima oleh departemen rehabilitasi, yang mendampingi korban luka dari pasukan keamanan dan cadangan (wamil), tidak termasuk korban luka biasa.
“Jumlah kumulatif sejak tanggal 7 Oktober sangatlah besar: lebih dari 2.000 tentara, polisi dan anggota pasukan keamanan lainnya telah secara resmi diakui sebagai penyandang disabilitas IDF yang diterima oleh Kementerian Pertahanan,” tulisnya.
“Kami belum pernah mengalami hal seperti ini,” kata Limor Luria, Kepala Departemen Rehabilitasi di Kementerian Pertahanan Israel.
“Lebih dari 58% korban luka yang kami rawat mengalami luka parah di tangan dan kaki, termasuk yang memerlukan amputasi. Sekitar 12% menderita luka dalam — limpa, ginjal, laserasi [robekan] organ dalam. Ada juga cedera kepala dan mata,” lanjut Luria.
Penderita “luka jiwa’ atau sakit mental berada di angka 7 persen. Jumlah ini diyakini akan meroket karena anggapan bahwa setiap orang yang terluka di tubuhnya juga terluka di pikirannya.
“Dan juga luka mental selalu ditemukan berbulan-bulan atau lebih setelah perang,” kata Luria.
Ketua Organisasi Penyandang Disabilitas IDF, Idan Kaliman, memberikan gambaran serupa.
“Negara Israel sedang memasuki peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya di tingkat dunia. Banyak sekali orang yang terluka di sini, bahkan sebelum gelombang pascatrauma yang akan melanda kita dalam waktu sekitar satu tahun,” ujarnya.
“Kami mendampingi beberapa veteran penyandang cacat yang terluka paling parah akibat Perang Yom Kippur [perang Israel dan koalisi negara Arab tahun 1973], Pedang Besi [operasi militer Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023] juga membangkitkan kembali trauma mereka dan mereka membutuhkan kita lebih dari sebelumnya,” beber Kaliman.
Akibat banyaknya korban luka yang terus masuk, akhirnya pasien lama harus diburu-buru segera dipulangkan agar rumah sakit bisa menerima korban baru.
Pihak rumah sakit berharap pemerintah menambah sumber daya di rumah sakit, yang akan membantu pasien untuk mandi ataupun bermobilitas.
“Sebagian besar korban menderita luka serius. Negara perlu memahami bahwa ada arena di sini yang memerlukan distribusi sumber daya baru,” kata Limor Luria, Kepala Departemen Rehabilitasi di Kementerian Pertahanan. (ArG)
Sumber: Kumparan