Ini Keuntungan Ekonomi bagi Israel di Balik Perang Gaza

share on:

Amal Cinta Al Aqsha – Pemerintah Israel mengakui adanya keuntungan ekonomi yang bisa didapat dari perang Gaza. Menteri Perekonomian Israel Nir Barkat pada Selasa (27/2/2024) menyebut, perang Gaza dapat membantu Israel meningkatkan penjualan teknologi militer.

Ia pun menyinggung adanya “ketertarikan yang tinggi” dari banyak negara akan teknologi militer Israel itu, tanpa menyebutkan secara spesifik apakah negara-negara Arab termasuk di antara mereka.

“Terutama setelah perang ini, kami mungkin akan memimpin banyak, banyak inisiatif… tentang bagaimana perang generasi mendatang akan terlihat,” katanya kepada wartawan di sela-sela pertemuan tingkat menteri Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) ke-13 di Abu Dhabi.

“Siapa pun yang merasa terancam oleh rezim Iran, maka mereka harus memanfaatkan kami untuk lebih memahami apa yang telah kami pelajari dan apa solusi serta tantangan keamanannya. Kami jauh di depan semuanya,” tambah Barkat, sebagaimana dikutip dari AFP.

Hubungan Israel dengan negara Arab tak terpengaruh

Ia pun mengatakan, hubungan perdagangan Israel dengan negara-negara Arab tidak terpengaruh oleh perang Gaza.

“Tidak ada perubahan sama sekali (dalam hubungan perdagangan),” jelas Barkat kepada wartawan.

“Keadaannya sangat stabil… Saya pikir para pemimpin memahami bahwa kami memiliki tujuan yang sama, yaitu berkolaborasi dengan cara yang damai,” tambahnya.

Kerugian ekonomi Israel dari perang

Ketika ditanya tentang kerugian ekonomi yang dialami Israel akibat perang Gaza, Barkat mengatakan, Israel dapat menambah antara 150 hingga 200 miliar shekel pada utang negara.

“(Namun) Itu bukanlah sesuatu yang tidak dapat ditanggung oleh Israel dalam jangka menengah dan panjang,” katanya.

Pada bulan Januari, kabinet Israel menyetujui tambahan dana sebesar 55 miliar shekel untuk menutupi biaya perang, sementara mobilisasi pasukan cadangan dan pengungsian masyarakat di perbatasan dengan Gaza dan Lebanon telah mengganggu perekonomian.

Perang Hamas-Israel dimulai ketika kelompok Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober.

Menurut Israel, serangan itu mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang, sebagian besar warga sipil.

Israel sendiri telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas dan menanggapinya dengan serangan tanpa henti di Gaza.

Terakhir, Kementerian Kesehatan di Gaza menyebut serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 29.878 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Menghadapi konflik tersebut, negara-negara Arab yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel, terpaksa menyeimbangkan diplomasi dengan opini publik Arab yang sangat pro-Palestina.

Negara-negara tersebut termasuk Uni Emirat Arab, yang menormalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020 sebagai bagian dari Perjanjian Abraham yang ditengahi AS. (ArG)

Sumber: Kompas.com

share on: