Amal Cinta Al Aqsha – Hanya sepuluh persen pasokan makanan yang masuk ke Gaza sejak perang antara Hamas dengan Israel, membuat Gaza menghadapi kesenjangan pangan yang semakin besar. Kelaparan meluas karena hampir seluruh penduduk membutuhkan bantuan makanan.
“Persediaan makanan dan air praktis tidak ada di Gaza dan hanya sebagian kecil dari kebutuhan yang datang melalui perbatasan,” kata Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) PBB, Cindy McCain, dikutip dari Wafa, Sabtu (18/11).
“Dengan semakin dekatnya musim dingin, tempat penampungan yang tidak aman dan penuh sesak, serta kurangnya air bersih, warga sipil menghadapi kemungkinan kelaparan,” sambungnya.
Cindy mengatakan, tidak ada cara lain untuk memenuhi kebutuhan pangan di Gaza selain membuka pintu perbatasan lain. Saat ini, hanya ada satu akses jalur yang dibuka dengan aman untuk bantuan kemanusiaan termasuk makanan ke Gaza.
Awal pekan ini, WFP mengkonfirmasi penutupan toko roti terakhir yang beroperasi dalam kemitraan dengan badan tersebut karena kekurangan bahan bakar. Kekurangan bahan bakar telah memicu terhentinya produksi roti di 130 toko roti di Gaza. Roti yang merupakan makanan pokok masyarakat Gaza saat ini sudah sangat langka.
Kekurangan bahan bakar juga melumpuhkan distribusi dan operasi kemanusiaan, termasuk pengiriman bantuan makanan. Bahkan ketika truk tiba dari Mesir dan menurunkan pasokan di Gaza pada Selasa lalu, mereka tidak dapat menjangkau warga sipil di tempat penampungan karena tidak cukup bahan bakar untuk kendaraan distribusi.
Dari 1.129 truk yang memasuki Gaza sejak pembukaan perbatasan Rafah pada 21 Oktober, hanya 447 truk yang membawa pasokan makanan.
“Meskipun WFP menyambut baik peningkatan jumlah truk yang menyeberang ke Gaza, sayangnya volume tersebut masih belum mencukupi: makanan yang masuk ke Gaza hanya cukup untuk memenuhi 7 persen dari kebutuhan kalori minimum harian masyarakat,” demikian keterangan WFP.
Infrastruktur pangan di Gaza tidak lagi berfungsi; hanya 25 persen toko yang dikontrak oleh WFP tetap buka dan toko lainnya kehabisan bahan makanan penting. Pasar lokal telah ditutup sepenuhnya. Makanan dalam jumlah kecil yang dapat ditemukan dijual dengan harga yang sangat tinggi, sehingga memaksa beberapa orang untuk bertahan hidup hanya dengan makan satu kali sehari.
“Runtuhnya rantai pasok pangan adalah titik balik bencana dalam situasi yang sudah mengerikan, di mana masyarakat kehilangan kebutuhan dasar,” kata Perwakilan dan Direktur WFP di Palestina, Samer Abdeljaber.
“Tanpa akses terhadap bahan bakar, kemampuan kami untuk menyediakan roti atau mengangkut makanan kepada mereka yang membutuhkan telah sangat terganggu, yang pada dasarnya membuat kehidupan di Gaza terhenti. Orang-orang akan kelaparan,” pungkasnya. (ArG)
Sumber: Kumparannews