Amal Cinta Al Aqsha – Israel berencana menambah utang sekitar USD 60 miliar atau sekitar Rp 939,6 triliun di tahun ini.
Selain penambahan utang, Israel juga akan menunda perekrutan pegawai dan menaikkan pajak karena belanja pertahanan negara tersebut naik dua kali lipatnya demi menyerang Gaza, Palestina.
Dikutip Financial Times, Selasa (27/2), ekonomi Israel turun 20 persen secara tahunan pada kuartal IV 2023. Namun, akuntan jenderal Kementerian Keuangan Israel, Yali Rothenberg, memproyeksi perekonomian mulai pulih tahun ini karena pemerintah Israel mulai demobilisasi pasukan cadangan dan belanja konsumen diprediksi meningkat.
“Fundamental ekonomi sudah ada,” katanya.
“Jika Anda melihat sektor teknologi tinggi, itu ada. Jika Anda melihat investasi infrastruktur, memang ada. Jika Anda melihat konsumsi swasta, memang ada,” kata dia.
Tahun ini, pemerintah Israel meningkatkan belanja pertahanan sebesar 55 miliar shekel (USD 15 miliar), naik 85 persen dari anggaran pertahanan sebelum perang. Hal ini membuat belanja pertahanan menjadi sekitar 20 persen dari APBN Israel di 2024, atau naik dari 13,5 persen sebelum perang.
“Kami memperkirakan akan ada peningkatan belanja pertahanan di Israel pada tahun-tahun mendatang,” kata Rothenberg.
“Inilah sebabnya kami mengambil langkah fiskal sekarang,” lanjutnya.
Pendapatan negara Israel pada tahun 2023 mencapai 12 miliar shekel, sementara belanjanya mencapai 26 miliar shekel.
Kemenkeu Israel juga berencana menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 17 persen menjadi 18 persen di 2025. Tak hanya itu, mereka juga akan menaikkan tarif pajak penghasilan di sektor tertentu hingga cukai rokok.
Pada Februari 2024, lembaga pemeringkat internasional, Moody’s, menurunkan peringkat Israel dari A1 menjadi A2 karena kekhawatiran mengenai perang di Gaza. Lembaga tersebut juga menurunkan prospek utang Israel menjadi negatif, karena risiko penyebaran konflik ke wilayah utara negara tersebut. (ArG)
Sumber: Kumparan