Bocah 5 Tahun yang Terluka di Gaza Lebih Memilih untuk Mati

share on:

Amal Cinta Al Aqsha – Perang Israel-Hamas di Jalur Gaza Palestina membawa luka mendalam bagi siapa saja. Terlebih warga Palestina sendiri. Banyak korban jiwa berjatuhan, tak terkecuali anak-anak yang kehilangan kedua orangtuanya karena tewas jadi korban perang.

Mirisnya lagi, ada bocah berusia lima tahun yang terluka namun sudah tak memiliki keluarga lagi.

Menurut Sekretaris Jenderal Internasional Médecins Sans Frontières (MSF), Christopher Lockyear, anak-anak korban perang ini menanggung banyak beban.

“Anak-anak yang selamat dari perang ini tidak hanya akan menanggung luka traumatis yang terlihat, namun juga luka yang tidak terlihat,” ujarnya dikutip dari Reuters pada Jumat (23/2/2024).

Ia juga mengatakan bahwa ada pengungsi, merasa ketakutan secara terus-menerus dan menyaksikan anggota keluarganya terpotong-potong di depan mata mereka.

“Cidera psikologis ini telah membuat anak-anak berusia lima tahun mengatakan kepada kita bahwa mereka lebih memilih untuk mati,”

Lockyear mengecam Amerika Serikat, dengan mengatakan dia terkejut AS telah berulang kali menggunakan hak vetonya untuk menghalangi dewan tersebut menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera dalam perang antara Israel dan Hamas di Gaza.

“Rakyat Gaza membutuhkan gencatan senjata, bukan saat bisa dilakukan, tapi saat ini. Mereka membutuhkan gencatan senjata, bukan masa tenang sementara,” terang Lockyear.

AS telah memveto tiga resolusi Dewan Keamanan PBB sejak dimulainya pertempuran pada 7 Oktober 2023.

Sedangkan yang terakhir pada hari Selasa memveto permintaan gencatan senjata kemanusiaan karena resolusi tersebut malah mendorong dewan untuk menyerukan gencatan senjata sementara terkait dengan pembebasan sandera.

Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan kepada dewan bahwa dia merasa terkejut dengan pengarahan Lockyear.

“Kami berharap gambaran tragis yang dia lukiskan tentang Gaza untuk kita dapat menyentuh hati nurani salah satu anggota dewan ini,” ungkap Zhang.

Amerika Serikat mengatakan pihaknya khawatir bahwa rancangan resolusi yang diveto pada hari Selasa dapat membahayakan perundingan antara Amerika, Mesir, Israel dan Qatar yang berupaya menengahi jeda enam minggu dalam perang dan pembebasan sandera.

Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood tidak mengakui pengarahan Lockyear.

Dia mengatakan AS mendorong Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza dan telah mengatakan kepada sekutunya bahwa mereka tidak boleh melanjutkan serangan darat di Rafah di Gaza selatan.

“Kita semua ingin melihat konflik ini berakhir secara permanen,” kata Wood. (ArG)

Sumber: Kompas.com

share on: