Aksi Boikot Produk Israel Kian Masif

share on:

Amal Cinta Al Aqsha –Tren untuk memboikot produk dari perusahaan yang mendukung pendudukan Israel, tidak hanya terjadi dan ramai digaungkan di dalam negeri, tetapi juga meningkat di beberapa negara di seluruh dunia.

Aksi pemboikotan tersebut kerap disebut gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS). Mengutip dari Newarab, aktivis menggaungkan boikot terhadap perusahaan raksasa multinasional yang pro terhadap Israel ini di berbagai laman media sosial meliputi Twitter atau X dan TikTok.

Pada dasarnya, gerakan BDS mendorong tekanan berkelanjutan terhadap mereka yang mendukung perang genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza. Namun secara bersamaan, kampanye yang ditargetkan dan boikot perusahaan-perusahaan yang paling terlibat untuk memaksimalkan dampaknya.

Lalu bagaimana sikap generasi muda atau Gen Z dalam aksi BDS ini? Newarab menyebut, ada tiga perusahaan multinasional yang kedapatan mendukung langsung pasukan pertahanan Israel setelah serangan 7 Oktober tersebut adalah Mcdonald, Starbucks, dan Disney+. Sehingga ketiga perusahaan tersebut menjadi target utama dalam gerakan boikot ini.

Di Timur Tengah misalnya, boikot terhadap perusahaan waralaba Mcdonald meningkat setelah gerai Mcdonald yang berbasis di Israel, menawarkan makanan gratis kepada anggota militer Israel. Hal yang serupa terjadi di Indonesia.

Hal ini kemudian memicu tagar #boycottstarbucks mengudara di media sosial, bahkan telah ditonton lebih dari 29 juta kali di TikTok.

Pengguna X dari Mesir telah melaporkan bahwa supermarket telah menawarkan diskon hampir 80 persen untuk Starbucks Frappuccino. Menurutnya, meskipun telah memberlakukan diskon yang tinggi, namun hal tersebut tak dapat menarik minat masyarakat di tempatnya untuk membeli kopi di gerai tersebut.

“Di Mesir, diskon 73 poundsterling. Ini gila. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Selain merek Pepsi, Coca-Cola, dan lainnya, semua orang berhenti membelinya sama sekali, dan siapa pun yang membelinya, kami memperlakukannya seperti orang buangan,” tutur salah seorang pengguna X @slasias, dikutip dari Newarab pada Minggu (5/11).

Pengguna X lainnya @ShahidkBolsen turut menyebutkan gerai Starbucks di Malaysia telah mengurangi jam operasionalnya secara nasional setelah gerakan boikot ini berlangsung selama tiga pekan.

“Hanya setelah 3 minggu boikot, Starbucks di Malaysia telah mengurangi jam operasional secara nasional karena kehilangan banyak pelanggan. Langkah selanjutnya adalah penutupan gerai-gerai tertentu dan akhirnya hilangnya Starbucks sepenuhnya dari negara tersebut,” tutur @ShahidkBolsen.

Salah seorang karyawan Starbucks di Amerika Serikat, melalui laman X-nya mengkonfirmasi adanya dampak yang timbul akibat boikot tersebut. Menurutnya, sepertiga dari langganan Starbucks yang kerap datang setiap harinya, kini mangkir dari kesehariannya mengunjungi gerai Starbucks.

Kendati demikian, @ambrose_darling tetap mendorong boikot pro-Palestina terhadap Starbucks, dalam unggahannya pada tanggal 23 Oktober, yang sejak itu telah ditonton 1,3 juta kali dan lebih dari 6.800 komentar.

“Boikot berhasil,teruskan! Berhasil! Saya tahu, seringkali, terutama yang tinggal di Amerika Serikat, karena jauh dari situasi yang ada, sepertinya tidak ada yang berhasil dari apa yang kita lakukan di belahan dunia lain. Ini berhasil. Anda harus terus melakukannya,” kata Ambrose.

Meski begitu, akun X @Tiannathewriter mengatakan, berbagai tindakan vandalisme yang terjadi di seluruh dunia dan mendorong penggunanya untuk memikirkan para pekerja.

“Tolong berhenti merusak toko-toko ini, satu-satunya orang yang menderita adalah pekerja berupah minimum dan kita sudah tahu Starbucks tidak memperlakukan mereka dengan baik (penghancuran serikat pekerja, dll). Ini adalah Starbucks yang sibuk, ketidakhadiranmu sudah cukup,” katanya.

Zoe, lewat akun TikTok-nya @BLAHBLAH mendorong pengikutnya di TikTok untuk memperluas boikot mereka: “Menandai perusahaan ketika Anda memboikot, karena investor melihat tren dan mereka menarik sahamnya, dan itu sangat merugikan.” (ArG)

Sumber: Kumparan

share on: