Amal Cinta Al Aqsha –Hasrat Palestina menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa disokong 143 negara. Sokongan itu ditunjukkan dalam sidang istimewa Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sidang itu digelar di New York, Amerika Serikat, pada Jumat (10/5/2024) pagi waktu setempat atau Jumat malam WIB. Risalah pemilihan itu disiarkan di akun resmi media sosial PBB.
”Majelis Umum PBB menetapkan Negara Palestina memenuhi kualifikasi dan seharusnya diterima sebagai anggota PBB. Majelis Umum PBB merekomendasikan Dewan Keamanan mempertimbangkan masalah ini,” demikian pernyataan itu.
Di antara peserta sidang, ada sembilan negara menolak Palestina menjadi anggota penuh PBB. Sementara 25 negara abstain. Para penolak termasuk AS dan Israel.
Dalam pernyataan beberapa hari lalu, Kantor Perwakilan Tetap AS untuk PBB menyebutkan, Washington tidak menolak keberadaan negara Palestina. AS hanya berpegang pada pendapat pembentukan negara Palestina harus dirundingkan Palestina dengan Israel.
Alasan serupa dipakai AS kala memveto rancangan resolusi DK PBB soal keanggotaan Palestina. Dalam sidang pada 18 April 2024, 12 dari 15 anggota DK PBB mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB. Veto AS membuat DK PBB gagal mengesahkan rancangan resolusi tersebut.
Kini, Palestina berstatus sebagai anggota pemantau. Status itu membuat Palestina hanya bisa menyampaikan pandangan. Palestina tidak bisa dipilih atau memilih dalam aneka persidangan atau proses di PBB dan badan-badan PBB.
Meski tidak mengikat, resolusi Majelis Umum PBB tetap penting bagi upaya Palestina jadi anggota penuh organisasi tersebut. Resolusi meningkatkan derajat hak Palestina menjadi anggota. Pengesahan resolusi membuka peluang lebih besar bagi Palestina bergabung di berbagai badan dan kantor di bawah PBB.
Status sebagai pemantau didapat Palestina pada 2012. Status itu diperoleh setahun setelah Palestina gagal menjadi anggota penuh PBB. Meski gagal 13 tahun lalu, Palestina terus berusaha sampai sekarang.
Pernyataan Dukungan
Wakil Tetap Palestina di PBB Riyad Mansour menyebutkan, pilihan anggota MU PBB menunjukkan kadar solidaritas mereka pada Palestina. Pilihan itu juga menunjukkan prinsip dan nilai yang dianut. ”Saya tahu mayoritas dari Anda akan kembali bersama rakyat Palestina di saat-saat mereka membutuhkan,” ujarnya.
Mendukung resolusi merupakan tindakan tepat. Pada masa depan, dukungan pada voting hari ini akan membanggakan negara-negara anggota PBB. Sebab, mereka membela kemerdekaan, keadilan, dan kedamaian di saat kelam.
Sidang digelar kala perang Gaza telah memasuki semester kedua. ”Saya berdiri di hadapan Anda kala lebih dari 35.000 warga Palestina tewas, 80.000 orang cedera, 2 juta jiwa terusir, dan berbagai hal dihancurkan,” katanya.
Sidang itu juga digelar kala pengungsi Palestina di Rafah sedang cemas dengan peluang serangan darat besar-besaran oleh Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menegaskan, tidak akan membatalkan rencana serangan darat ke Rafah. Serangan akan tetap dilancarkan meski para sekutu Israel menolak dan mundur. ”Bila perlu kami akan melawan dengan kuku,” kata Netanyahu.
Mansour mengatakan, Palestina tidak menulis Piagam PBB dan hukum internasional lain. Palestina hanya ingin semua aturan itu diterapkan. ”Dukungan pada keberadaan Palestina, tidak akan melawan negara lain. Melainkan melawan upaya untuk penolakan pada negara kami. Karena itu, Pemerintah Israel sangat menolak. Karena mereka menolak kemerdekaan kami dan solusi dua negara,” lanjut Mansour.
Sementara Wakil Tetap Israel di PBB Gilad Erdan menunjukkan kemarahan pada sidang itu. Di podium, ia menghancurkan salinan Piagam PBB. Ia membawa mesin kecil untuk penghancur kertas. (ArG)
Sumber: Reuters