Amal Cinta Al Aqsha – Militer Israel melaporkan bahwa jumlah tentaranya yang cacat, atau menjadi penyandang disabilitas, telah melampaui 70.000 ribu personel untuk pertama kalinya. Angka itu termasuk sekitar 8.000 tentara yang mengalami luka-luka sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.
Seperti dilansir Middle East Monitor dan Press TV, Jumat (21/6/2024), laporan militer Israel menyebut jumlah tentara yang luka-luka selama perang berkecamuk lebih dari delapan bulan terakhir mencapai sedikitnya 8.663 personel.
Laporan media lokal Israel Channel 7 mengonfirmasi angka tersebut sedang menerima perawatan di departemen rehabilitasi pada Kementerian Pertahanan Israel. Disebutkan juga bahwa sekitar 35 persen dari mereka mengalami masalah kesehatan mental, sedangkan 21 persen lainnya mengalami cedera fisik.
Channel 7 dalam laporannya menyebut departemen rehabilitasi pada Kementerian Pertahanan Israel sedang bersiap menerima sekitar 20.000 korban luka tambahan akibat perang yang terus berkecamuk, hingga akhir tahun 2024 ini.
Menurut laporan itu, data yang diberikan oleh Konferensi Medis Israel menunjukkan bahwa lebih dari 1.000 tentara mendapatkan perawatan bulanan, dengan 95 persen di antaranya berjenis kelamin laki-laki dan 70 persen di antaranya merupakan tentara cadangan. Separuh dari mereka berusia antara 18-30 tahun.
Disebutkan juga bawah 20 persen di antaranya mengalami reaksi mental dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
“Menurut analisis yang dilakukan oleh para spesialis, sekitar 40 persen korban luka yang akan dirawat di rumah sakit pada akhir tahun ini kemungkinan menghadapi berbagai reaksi mental, termasuk kecemasan, depresi, stres pasca-trauma dan kesulitan dalam adaptasi dan komunikasi,” demikian bunyi laporan itu.
“Dari sekitar 70.000 tentara penyandang disabilitas yang dirawat di bangsal rehabilitasi, sebanyak 9.539 personel di antaranya mengalami reaksi pasca-trauma dan reaksi mental,” imbuh laporan tersebut.
Pada 7 Juni lalu, seorang tentara Israel yang diidentifikasi bernama Eliran Mizrahi menghabisi nyawanya sendiri, setelah dia dipanggil kembali untuk berperang di Jalur Gaza saat dia menderita PTSD dan mengalami dua cedera.
Sebuah studi terbaru oleh para peneliti menyebut pada Maret lalu bahwa lebih dari setengah juta warga Israel berisiko terkena PTSD setelah perang yang memakan banyak korban jiwa berkecamuk di Jalur Gaza.
Pada pertengahan April lalu, menurut laporan situs berita berbahasa Ibrani Walla, militer Israel mengakui bahwa lebih dari 2.000 tentara, polisi, dan personel keamanan telah dinonaktifkan sejak awal perang berkecamuk di Jalur Gaza.
“Persentase orang-orang yang mengalami kesulitan tidur meningkat dari 18,7 persen pada musim panas lalu, menjadi 37,7 persen, meningkat sebesar 101 persen sementara laporan soal mereka yang mengalami stres berat meningkat menjadi 43,5 selama perang, peningkatannya sekitar 78 persen,” demikian laporan Institut Keselamatan dan Keamanan pada Kementerian Tenaga Kerja Israel pada April lalu.
Sejak perang pecah antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, rentetan serangan terus dilancarkan militer Tel Aviv terhadap Jalur Gaza. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sedikitnya 37.343 orang tewas dan sekitar 85.372 orang lainnya luka-luka di daerah kantong Palestina tersebut.
Sekitar 1,7 juta orang lainnya terpaksa mengungsi akibat perang di Jalur Gaza. (ArG)
Sumber: detiknews