Amal Cinta Al Aqsha – Media ‘Israel’ pada 17 Juni melaporkan bahwa gembong Zionis, Benjamin Netanyahu, secara resmi membubarkan kabinet perang darurat, satu pekan setelah salah satu anggotanya Benny Gantz mengundurkan diri.
“Kabinet ini ada dalam perjanjian koalisi dengan [Persatuan Nasional MK Benny] Gantz atas permintaannya. Segera setelah Gantz pergi – tidak ada kebutuhan untuk kabinet lagi,” kata Netanyahu pada pertemuan kabinet politik-keamanan pada Minggu malam, lansir The Cradle.
Menurut laporan tersebut, Netanyahu menekankan bahwa tidak akan ada kabinet baru yang dibentuk dari para pemimpin koalisi pemerintahannya, sebuah ide yang diajukan oleh menteri ultranasionalis Bezalel Smotrich dan Itamar Ben Gvir.
Kabinet Perang ‘Israel’ dibentuk pada tanggal 11 Oktober untuk mengelola operasi terhadap kelompok perlawanan Palestina dan Lebanon.
“Untuk mencapai tujuan melenyapkan kemampuan Hamas, saya membuat keputusan yang tidak selalu dapat diterima oleh eselon militer,” kata Netanyahu, seperti dikutip dari Reuters: “Kami memiliki sebuah negara dengan tentara dan bukan tentara dengan negara.”
Laporan-laporan pada Senin pagi menyoroti bahwa perdana menteri berencana “untuk membuat keputusan-keputusan penting mengenai perang selama pertemuan-pertemuan ad hoc kecil tanpa Ben Gvir sambil mencari persetujuan akhir dari kabinet keamanan yang lebih luas.”
Keputusan Netanyahu ini muncul ketika tentara ‘Israel’ mendapati dirinya terjebak di dalam peperangan di Gaza.
“Harapan Israel untuk pertempuran di Rafah menyesatkan publik… Hamas telah berhasil membangun kembali dirinya sendiri di Jalur Gaza,” komentator Israel untuk urusan Palestina, Ohad Hamo, mengatakan kepada Channel 12 pada hari Minggu.
Di bagian utara ‘Israel’, Hizbullah selama beberapa bulan terakhir secara rutin melancarkan serangan yang menarget 1.500 pos militer dan perangkat intelijen Zionis.(ArG)
Sumber: Hidayatullah.com