Kelaparan di Gaza Kian Mencekik, Israel Tak Menggubris, PBB Kelimpungan

share on:

Amal Cinta Al Aqsha – Seruan dari badan-badan PBB yang mendesak Israel mengizinkan bantuan masuk ke Gaza demi mengurangi kelaparan tampaknya tidak digubris.

Meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera dan tuduhan genosida oleh Francesca Albanese, pelapor khusus untuk situasi hak asasi manusia di Tepi Barat dan Gaza, Israel terus membombardir Gaza dan membatasi aliran bantuan.

Antrean panjang truk-truk bantuan masih terdampar di sisi Mesir dari penyeberangan perbatasan Rafah, meskipun menurut skala Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu, 88 persen penduduk menghadapi kerawanan pangan darurat atau lebih buruk.

Dilansir dari Arab News, pada 26 Maret, 12 orang dilaporkan tenggelam dan enam orang lainnya tewas dalam penyerbuan ketika warga Palestina yang putus asa mencoba mengambil paket makanan yang dijatuhkan dari udara di lepas pantai Gaza utara. 

Insiden ini mendorong pihak berwenang di Gaza untuk menyerukan penghentian pengiriman bantuan dari udara. Metode pengiriman bantuan ini diperkenalkan oleh AS pada awal Maret lalu sebagai solusi, namun oleh para kritikus disebut sebagai hal yang tidak berguna.

Dalam insiden sebelumnya, sebuah paket bantuan yang dijatuhkan dari udara ke Gaza dilaporkan telah menabrak kerumunan orang yang sedang menunggu di bawah, menewaskan lima orang dan melukai beberapa orang lainnya, ketika parasutnya gagal terbuka.

AS dan lembaga-lembaga bantuan lainnya kini sedang berupaya membangun koridor bantuan maritim. 

Namun, dengan infrastruktur pelabuhan yang diperlukan masih dalam tahap pembangunan, hal ini akan memakan waktu berbulan-bulan. 

Kecuali gencatan senjata segera diberlakukan dan organisasi bantuan diberikan akses penuh, ada proyeksi bahwa kelaparan akan tiba di Gaza utara paling lambat pada bulan April atau Mei, berdampak pada sekitar 300.000 orang yang diperkirakan masih berada di daerah tersebut.

“Situasi mengerikan yang dialami orang-orang yang kelaparan di bagian utara Gaza sepenuhnya dapat dicegah, dan lembaga-lembaga bantuan siap untuk mengirimkan makanan dan barang-barang penting lainnya kepada orang-orang itu,” kata Ruth James, koordinator kemanusiaan regional Oxfam, kepada Arab News.

“Kami hanya membutuhkan perbatasan yang terbuka,” tambahnya.

Untuk memenuhi kebutuhan minimum penduduk Gaza yang sedang dilanda konflik, para pejabat PBB mengatakan bahwa antara 500 hingga 600 truk yang bermuatan bantuan kemanusiaan dan barang-barang komersial harus diizinkan untuk memasuki Jalur Gaza setiap hari. 

Sejak konflik dimulai, hanya sebagian kecil dari jumlah tersebut yang tiba.

Volker Turk, komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, baru-baru ini mengatakan kepada BBC bahwa Israel harus disalahkan secara signifikan karena telah menciptakan apa yang disebut sebagai kelaparan buatan manusia. (ArG)

Sumber: Kompas.com

share on: