Amal Cinta Al Aqsha – Gerakan pembebasan Palestina, Hamas merespons agenda Israel terkait pemerintahan di Gaza pasca-perang. Diketahui, Israel mengusulkan dibentuknya pasukan militer multinasional negara-negara Arab yang nantinya akan mendapat bantuan dari Amerika Serikat (AS).
Dalam pernyataannya, Hamas menekankan kalau usulan para pemimpin pendudukan Israel mengenai pembentukan kekuatan internasional dari mana pun termasuk pasukan Arab untuk Jalur Gaza adalah “khayalan dan fatamorgana,”.
Hamas menegaskan, “Kekuatan apa pun yang memasuki Jalur Gaza ditolak, tidak dapat diterima, dan akan dianggap sebagai kekuatan pendudukan, dan kami akan menanganinya sebagaimana mestinya.”
Gerakan Perlawanan Palestina itu juga menghargai penolakan dan penolakan negara-negara Arab terhadap usulan Israel.
Hamas bersumpah kalau pengaturan situasi dan realitas Palestina adalah murni urusan internal nasional yang tidak mengizinkan intervensi kekuatan apa pun dari luar.
“Semua upaya, untuk membentuk otoritas alternatif yang tidak mempertimbangkan keinginan rakyat Palestina, “akan mati sebelum kelahirannya” dan tidak akan berhasil,” kata pernyataan Hamas dilansir Al-Mayadeen.
Jebakan Israel
Pernyataan Hamas ini menyusul pernyataan serupa yang dikeluarkan Komite Tindak Lanjut Tertinggi Pasukan Nasional dan Islam Palestina, sebuah faksi aliansi para milisi perlawanan Palestina pada Sabtu (30/3/2024).
Aliansi Milisi Perlawanan Palestina dalam pengumumannya menyatakan mengecam proposal Israel yang menyarankan pasukan Arab asing harus memerintah Jalur Gaza.
Mereka memperingatkan, kalau usulan tersebut bertujuan untuk menjebak negara-negara Arab dalam menjalankan agenda Israel di Gaza, di tengah kegagalan drastis mereka di medan perang.
Faksi-faksi tersebut juga memperingatkan, dalam sebuah pernyataan di Damaskus, tentang bahayanya mengikuti agenda Israel tersebut.
Mereka menegaskan bahwa usulan tersebut merupakan “perangkap dan kebohongan baru Zionis” yang coba diterapkan oleh Amerika Serikat dan Israel untuk mengalihkan kekalahan mereka di Gaza.
“Dengan meminta bantuan negara-negara Arab tertentu, Israel, bersama dengan AS, berusaha menghindari kekalahan mengerikan yang mereka derita… untuk mengeluarkan tentara pendudukan dari rawa-rawa besar yang terjebak di Jalur Gaza, ” bunyi pernyataan itu.
Mereka juga menekankan, rakyat Palestina dapat memilih kepemimpinan mereka sendiri untuk memerintah Jalur Gaza guna mempertahankan kedaulatan nasionalnya dan menggagalkan semua rencana Israel-Amerika untuk melemahkan kemerdekaannya.
Usulan tersebut, menurut aksi Perlawanan, diajukan oleh Menteri Keamanan Israel Yoav Gallant sebelum Antony Blinken, Jake Sullivan, dan Lloyd Austin.
“Negara-negara Arab harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam “perangkap Zionis melalui promosi atau dukungan terhadap plot Israel-Amerika,”menurut aliansi faksi-faksi tersebut.
AS Mitra Kejahatan Israel
Adapun Hamas juga menyampaikan pernyataannya kepada Amerika Serikat dan presidennya, Joe Biden.
Hamas mengutuk niat AS untuk mengirim pengiriman senjata baru, termasuk rudal dan pesawat tempur, ke Israel.
Hal ini, kata Hamas, menegaskan kemitraan penuh pemerintahan AS dalam perang pemusnahan brutal yang dilancarkan oleh “pendudukan Nazi-zionis” terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.
“Desakan pemerintahan Biden pada posisinya yang bias dan dukungan politik dan militernya yang tidak terbatas terhadap pendudukan dan kebijakan fasisnya, yang berupaya memusnahkan rakyat kami dan mengusir mereka dari tanah air mereka, menegaskan kebohongan posisi Amerika mengenai situasi kemanusiaan di negara tersebut. Jalur Gaza, dan bencana yang disebabkan oleh mesin pembunuh Zionis yang didukung Amerika,” bunyi pernyataan tersebut.
Hamas menambahkan kalau gagasan yang Israel-AS usulkan untuk melindungi warga sipil Palestina sebenarnya bertujuan untuk menyesatkan dan menutupi kejahatan pendudukan Israel yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Gerakan ini menyerukan komunitas internasional dan PBB untuk memberlakukan larangan total terhadap pasokan senjata kepada Israel, dan mengambil langkah-langkah untuk menghentikan agresi, yang mengarah pada meminta pertanggungjawaban pendudukan dan para pemimpinnya atas pelanggaran dan kejahatan tersebut. terhadap kemanusiaan yang telah Israel lakukan. (ArG)
Sumber: Tribunnews.com