Hujan Guyur Gaza, Anak-anak Menjerit Ketakutan Tak Bisa Bedakan Suara Guntur dan Pengeboman…

share on:

Amal Cinta Al Aqsha – Hujan deras mengguyur sebuah kamp tenda bagi para pengungsi di kota Rafah, Gaza selatan. Di sana, anak-anak Palestina yang ketakutan tidak dapat lagi membedakan antara guntur dan pengeboman Israel.

Badai itu terjadi semalaman pada Senin (18/3/2024) hingga Selasa (19/3/2024) di kota paling selatan Jalur Gaza itu.

Hujan deras kali ini membuat warga Palestina yang melarikan diri dari perang antara Hamas dan Israel harus lebih bersabar. Banyak dari mereka yang tidak memiliki pakaian hangat, selimut, atau alas kaki yang layak.

Oum Abdullah Alwan mengatakan bahwa anak-anaknya menjerit ketakutan karena mereka tidak bisa membedakan antara suara guntur dan suara tembakan.

“Itu suara tembakan, Bu, kita harus lari,” kata Alwan menirukan perkataan salah satu anaknya.

Dilansir Kantor berita AFP, Alwan adalah pengungsi dari Jabalia di Gaza utara. Ia kini tinggal bersama lebih dari selusin anggota keluarganya di sebuah tenda di kamp pengungsian. 

Hujan yang disertai angin kencang membasahi kasur busa dan barang-barang yang ada di dalam tenda pengungsian.

“Kami 14 orang yang tinggal di tenda dan kami tidak dapat menemukan satu pun kasur kering untuk tidur, atau bahkan selimut kering. Kami basah kuyup oleh air hujan sepanjang malam,” kata Alwan.

Seperti orang tua lainnya, ia menyampaikan bahwa dirinya selalu berupaya bersama dengan anak-anaknya, memeluk mereka untuk meredam kedinginan dan “merasakan sedikit kehangatan”.

“Berapa lama lagi kita akan hidup dalam siksaan ini? Berapa lama lagi?” teriaknya.

Perang yang kini memasuki bulan keenam telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman.

Banyak dari mereka membanjiri Rafah, di perbatasan dengan Mesir.

Sementara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah untuk melancarkan serangan darat untuk memburu para militan Hamas di sana.

Perang di Gaza pecah setelah Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Israel selatan pada 7 Oktober lalu.

Israel mengeklaim, serangan itu mengakibatkan sekitar 1.160 orang tewas, sebagian besar adalah warga sipil.

Pasukan Hamas disebut juga menyandera sekitar 250 sandera, yang menurut Israel masih ada 130 sandera yang berada di Gaza, termasuk 33 orang yang diperkirakan telah tewas.

Sementara, Israel membalas dengan pengeboman udara, darat, dan laut tanpa henti di Jalur Gaza yang telah menewaskan sedikitnya 31.819 orang.

Kementerian Kesehatan di Gaza menyebut sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

Ratusan ribu orang kini juga berada di ambang kelaparan, PBB dan kelompok-kelompok bantuan internasional telah memperingatkan. (ArG)

Sumber: Kompas.com

share on: