Amal Cinta Al Aqsha – Amerika Serikat dan enam sekutunya dilaporkan mengumumkan rencana mereka untuk menghentikan sementara pendanaan ke Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) untuk pengungsi Palestina.
Langkah diumumkan setelah Mahkamah Internasional (ICJ) mengeluarkan keputusannya pada Jumat (26/1/2024) yang berpihak pada PBB.
Keputusan ICJ itu memerintahkan Israel untuk mencegah genosida di Jalur Gaza yang terkepung.
Segera setelah putusan ICJ terhadap Israel, Pemerintah AS, yang merupakan donor terbesar badan tersebut, membuat pengumuman pada Jumat dan diikuti oleh Kanada.
Pada hari Sabtu, Inggris, Finlandia, Australia, Italia, dan Belanda juga mengikuti langkah yang sama.
Organisasi-organisasi internasional telah memperingatkan selama berbulan-bulan kalau Gaza berada di ambang kelaparan massal di tengah serangan Israel terhadap infrastruktur dan blokade yang diberlakukan secara ketat.
Tuding UNRWA Bantu Hamas
Keputusan AS Cs itu juga diambil setelah badan pengungsi PBB tersebut memecat 12 pegawai pada Jumat yang diklaim Israel ikut serta dalam serangan Hamas pada 7 Oktober di negara tersebut.
Sebelumnya pada hari sama, Mahkamah Internasional (ICJ) yang berpihak pada PBB mengeluarkan keputusan yang mendesak Israel untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah genosida di Jalur Gaza dan menghukum pejabat pemerintah yang melakukan pembunuhan massal, tanpa secara langsung menuduh Israel melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Israel belakangan memang menunjukkan serangan dan kritik keras mereka ke UNRWA, salah satu lembaga pemberi kerja terbesar di Jalur Gaza, yang menuding lembaga PBB untuk pengungsi Palestina itu justru membantu perlawanan Hamas.
Awal pekan ini, Israel kembali melontarkan tuduhannya ke UNRWA, sebuah langkah yang dinilai banyak analis sebagai langkah antisipasi Israel agar UNRWA tidak ikut membantu melawan negara tersebut dalam gugatan kasus genosida yang diajukan Afrika Selatan ke ICJ.
Pemerintah Israel pada umumnya dan Benjamin Netanyahu pada khususnya memang telah lama berupaya mendiskreditkan PBB, di mana negara-negara Arab sering memimpin pemungutan suara Majelis Umum yang berhasil mengkritik Israel.
Sementara itu AS telah menggunakan kursi tetapnya di Dewan Keamanan PBB untuk memveto setiap keputusan yang mengikat sekutu abadinyanya di Timur Tengah tersebut
Pejabat pertahanan Israel pertama kali menyampaikan tuduhan mereka terhadap UNRWA dalam beberapa hari terakhir, dengan mengatakan analisis intelijen mengkonfirmasi tuduhan tersebut dalam dua minggu terakhir.
Seorang juru bicara militer Israel juga mengklaim negaranya memiliki “bukti yang menunjukkan penggunaan fasilitas UNRWA untuk tujuan teroris.”
Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan tuduhan tersebut sedang diselidiki dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat yang menyatakan bahwa setiap karyawan yang ditemukan terlibat dalam serangan 7 Oktober akan “dimintai pertanggungjawaban, termasuk melalui tuntutan pidana.”
Israel belum secara terbuka membagikan bukti-bukti yang mereka miliki.
Tuduhan Karangan
Tuduhan Israel terhadap UNRWA ini dinilai meragukan oleh banyak pihak.
Hal itu merujuk pada rekam jejak Badan intelijen Israel yang juga telah melontarkan sejumlah karangan tuduhan di masa lalu, seperti ketika negara tersebut bersikeras tahun lalu kalau kelompok bersenjata Hamas menggunakan Rumah Sakit al-Shifa di Gaza sebagai pusat komando.
Investigasi sejak saat itu tidak menunjukkan kebenaran klaim Israel.
Adapun penarikan dukungan AS Cs dari UNRWA saat ini memang tidak akan membuat badan PBB itu berhenti beroperasi secara total di Gaza.
Seorang diplomat yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kepada media AS pada Jumat menyatakan kalau UNRWA memiliki sumber daya yang cukup untuk terus berfungsi dalam jangka pendek.
Meski begitu, dia memperingatkan kurangnya dana pada akhirnya dapat memaksa UNRWA untuk menghentikan operasinya. (ArG)
Sumber: Tribunnews.com