Amal Cinta Al Aqsha – Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengatakan layanan air dan sanitasi berada di titik kehancuran di Gaza.
Anak-anak yang mengungsi di Gaza selatan akibat perang Israel-Hamas hanya memiliki akses terhadap 1,5 hingga 2 liter air sehari. Jumlah tersebut hanya 10 persen dari jumlah yang dibutuhkan untuk menjaga hidrasi dan kebersihan.
“Akses terhadap air bersih dalam jumlah yang cukup adalah masalah hidup dan mati, dan anak-anak di Gaza hanya mempunyai sedikit air bersih,” kata direktur eksekutif Unicef Catherine Russell, dikutip dari EFE.
Russell mengatakan berdasarkan standar kemanusiaan, jumlah minimal air yang dibutuhkan dalam keadaan darurat adalah 15 liter (empat galon), yang meliputi air untuk minum, mencuci, dan memasak. Sementara untuk kelangsungan hidup, jumlah air minimal yang dibutuhkan adalah 3 liter per hari, dikutip dari Al Jazeera. Kurangnya akses terhadap air bersih dapat menyebabkan anak-anak meninggal dunia.
“Anak-anak dan keluarga mereka harus menggunakan air dari sumber yang tidak aman dan memiliki kandungan garam atau polusi yang tinggi. Tanpa air bersih, akan lebih banyak lagi anak-anak yang meninggal karena kekurangan dan penyakit dalam beberapa hari mendatang,” kata Russell.
Menurut UNICEF, anak-anak lebih rentan terhadap dehidrasi, diare, penyakit, dan kekurangan gizi, yang semuanya dapat ‘mengancam kelangsungan hidup mereka’.
Kekhawatiran akan penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera dan diare kronis semakin meningkat mengingat kurangnya air bersih, terutama setelah hujan dan banjir yang terjadi pada minggu ini.
Saat ini, para pejabat telah mencatat hampir 20 kali lipat rata-rata bulanan kasus diare yang dilaporkan pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, selain peningkatan kasus kudis, kutu, cacar air, ruam kulit, dan lebih dari 160.000 kasus infeksi saluran pernapasan akut. (ArG)
Sumber: Tribunnews.com