Sudah Muak dengan Pemerintahannya, Warga Israel Ancam Gelar Aksi Mogok Makan

share on:

Amal Cinta Al Aqsha – Keluarga warga Israel yang disandera di Gaza mengancam akan menggelar aksi mogok makan. Aksi mogok itu dilakukan sebagai bentuk protes kepada pemerintah Israel.

Mereka sudah muak lantaran pemerintah Israel tak kunjung mengambil tindakan untuk membebaskan para sandera. Bahkan, muncul laporan bahwa pemerintah Israel malah menunda perundingan dengan Hamas perihal pembebasan sandera.

Melansir dari The Times of Israel, pemerintah Israel disebut percaya bahwa operasi militer di Gaza akan membuat Hamas kewalahan.

Menurut Israel, setelah Hamas kewalahan, kelompok itu akan mengajak kembali ke meja perundingan dan menyampaikan tawaran bagus bagi Israel.

Adapun dalam beberapa hari terakhir Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berhasil mendapatkan sejumlah jasad sandera yang tewas di Gaza.

Keluarga sandera mengatakan para sandera itu seharusnya bisa diselamatkan.

Sementara itu, dikutip Anadolu Agency yang mengutip media Israel Yedioth Ahronoth, ancaman mogok makan itu dikeluarkan setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak bertemu dengan keluarga sandera. Dikabarkan bahwa ada 100 keluarga yang menuding Netanyahu berusaha memisahkan kelompok itu agar dia tak harus menanggapi permintaan mereka.

Mereka meminta diadakan pertukaran tawanan Israel dengan tawanan Hamas.

Menurut media Israel itu, mereka memberi Netanyahu waktu hingga Sabtu malam untuk menggelar pertemuan demi mengupayakan pembebasan sandera.

Tidak hanya itu, mereka menyebut operasi militer di Gaza justru berlawanan dengan upaya membebaskan sandera.

Hingga kini pemerintah Israel belum buka suara atas ancaman mogok makan itu.

Aksi unjuk rasa di markas IDF

Ratusan warga Israel turun ke jalan untuk berunjuk rasa setelah mendengar kabar IDF keliru menembak mati warganya sendiri yang ditawan di Gaza.

Para pengunjuk rasa memprotes pemerintah Israel dan memintanya segera mengambil tindakan guna membebaskan warga Israel yang masih disandera Hamas.

Dilansir The Times of Israel, pengunjuk rasa tampak mengganggu lalu lintas kendaraan di persimpangan Kaplan tatkala bergerak menuju ke markas IDF di Kirya, Tel Aviv.

Mereka mendesak pemerintah untuk mengupayakan kesepakatan baru dengan Hamas demi membebaskan warga Israel yang diculik Hamas tanggal 7 Oktober lalu.

“Waktu mereka sudah habis. Bawa mereka pulang sekarang!” demikian teriakan para pengunjuk rasa.

“Tak ada kemenangan hingga sandera terakhir dibebaskan.”

Eli Albag, salah satu warga Israel, menyebut pemerintah harus melakukan perundingan dengan Hamas. Putra Albag, Liri (18), kini disandera oleh Hamas.

“Ini hari yang sulit. Adalah hal yang menyedihkan bagi kami ketika setiap sandera pulang ke rumah, di dalam peti mati,” kata Albag.

Sementara itu, pengunjuk rasa lainnya yang bernama Ori mendesak adanya gencatan senjata. Sepupu Ori, Itay Svirsky, diduga menjadi salah satu warga Israel yang disandera.

“Negara Israel dan para pemimpinnya bertindak seolah-olah mereka sudah menyerah dalam hal sandera. Kami menerima kembali semua sandera dalam bentuk jenazah,” kata Ori menjelaskan.

“Mereka sekarat. Mereka sekarat karena pengeboman, kegagalan operasi penyelamatan, dan tembakan dari pasukan kita, bahkan ketika mereka berhasil kabur.”

Ori membantah argumen bahwa serangan militer Israel bisa menekan Hamas untuk membebaskan sandera.

“Kami meminta pemerintah Israel bersiap membayar harga yang harus dibayar dan menempatkan sandera sebagai agenda utama.”

Dalam beberapa hari terakhir turut muncul kemarahan dari para keluarga sandera.

Mereka geram karena mendengar laporan bahwa pemerintah menangguhkan usulan dengan Hamas perihal pembebasan sandera. (ArG)

Sumber: Tribunnew.com

share on: