Amal Cinta Al Aqsha – World Health Organization (WHO) memprotes tindakan Israel yang menahan konvoi ambulans di Jalur Gaza, ketika sedang membawa pasien dengan kondisi kritis. Akibat ulah Israel, salah seorang pasien meninggal dalam perjalanan.
Bahkan, pasukan penjajah juga menganiaya seorang relawan medis Bulan Sabit Merah yang tergabung dalam konvoi — dia dipisahkan dari rombongannya, ditelanjangi, dipukuli, dan dilecehkan.
Dikutip dari Reuters, peristiwa memprihatinkan itu dikonfirmasi oleh Dirjen WHO, Tedros Ghebreyesus, melalui postingannya di platform X pada Selasa (12/12).
Ghebreyesus mengatakan, insiden bermula ketika misi penyelamatan yang dipimpin WHO untuk menyalurkan pasokan dan mengevakuasi pasien dari rumah sakit Al-Ahli di Jalur Gaza bagian utara, tiba-tiba dihentikan dari segala arah oleh tentara Israel, pada Sabtu (9/12).
“Misi tersebut dihentikan dua kali di pos pemeriksaan Wadi Gaza, dalam perjalanan menuju Gaza utara dan dalam perjalanan pulang, dan beberapa relawan Palestine Red Crescent Society (PRCS) ditahan dua kali,” tulis Ghebreyesus.
Pria asal Ethiopia itu menambahkan, ketika dalam perjalanan menuju Gaza City, mobil ambulans dan truk pengangkut pasokan medis pun masih dihujani peluru Israel.
Israel kemudian menghentikan mobil ambulans dan menahan para relawan medis. Padahal, rombongan sedang dalam misi krusial dan berbahaya untuk menyelamatkan 19 pasien yang berada di ambulans.
Namun, tentara Israel seolah tidak menggubris bagaimana gentingnya momen-momen itu dan betapa berharganya setiap detik untuk bisa menyelamatkan nyawa.
“Beberapa pasien dan petugas kesehatan Bulan Sabit Merah diinstruksikan di pos pemeriksaan untuk meninggalkan ambulans dan diidentifikasi. Beberapa petugas kesehatan ditahan dan diinterogasi selama beberapa jam,” kata Ghebreyesus.
“Karena penahanan tersebut, satu pasien meninggal dalam perjalanan, mengingat parahnya luka yang diderita dan keterlambatan dalam mengakses pengobatan,” sambung dia.
Perwakilan WHO di Jalur Gaza, Richard Peeperkorn, yang tergabung dalam konvoi staf medis itu mengatakan bahwa salah seorang relawan PRCS telah ditahan dan dianiaya oleh tentara Israel.
“Anggota staf yang ditahan tersebut kemudian melaporkan bahwa ia dilecehkan, dipukuli, diancam, dilucuti pakaiannya, dan ditutup matanya. Setelah dibebaskan, dia dibiarkan berjalan menuju Gaza selatan dengan tangan masih terikat di belakang punggungnya, dan tanpa pakaian atau sepatu,” kata Peeperkorn.
“Kisahnya sangat mengerikan, dan penghinaan serta perlakuan tidak manusiawi yang dialaminya cukup mengejutkan,” tambahnya.
Adapun WHO mencatat, ini bukan pertama kalinya pasukan penjajah menghambat pekerjaan kemanusiaan WHO. Di misi-misi sebelumnya, para staf medis — yang seharusnya dilindungi saat perang di bawah hukum humaniter internasional, berulang kali ditangkap Israel.
Pada 18 November lalu, enam staf medis ditahan saat menjalankan misi yang dipimpin WHO untuk memindahkan pasien dari rumah sakit Al-Shifa. “Empat dari mereka masih ditahan,” kata WHO. (ArG)
Sumber: Kumparan