Amal Cinta Al Aqsha – Pemerintah Israel dan Hamas sepakat menghentikan pertempuran selama empat hari guna memungkinkan pembebasan 50 sandera yang ditahan di Gaza. Kesepakatan ini dicapai pada Rabu, 21 November 2023.
Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan 150 warga Palestina yang dipenjara dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Sejumlah pihak seperti para pejabat dari Qatar yang menjadi penengah perundingan rahasia, AS, Israel dan Hamas selama berhari-hari mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata akan segera terjadi.
Hamas diyakini menyandera lebih dari 200 orang. Para sandera diculik ketika militan Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang.
Sebuah pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan 50 perempuan dan anak-anak akan dibebaskan selama empat hari. Selama itu akan ada jeda pertempuran. Untuk setiap tambahan 10 sandera yang dibebaskan, jeda akan diperpanjang satu hari lagi, katanya. Ia tak menyebutkan pembebasan tahanan Palestina sebagai imbalannya.
“Pemerintah Israel berkomitmen memulangkan semua sandera. Malam ini, mereka menyetujui usulan kesepakatan sebagai tahap pertama untuk mencapai tujuan ini,” kata pernyataan yang dirilis setelah berjam-jam musyawarah yang tertutup bagi pers.
Hamas mengatakan 50 sandera akan dibebaskan dengan imbalan 150 wanita dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Kesepakatan gencatan senjata juga akan memungkinkan ratusan truk bantuan kemanusiaan, medis dan bahan bakar memasuki Gaza.
Menurut Hamas, Israel telah berkomitmen untuk tidak menyerang atau menangkap siapa pun di seluruh wilayah Gaza selama masa gencatan senjata.
Pemerintah Qatar mengatakan 50 warga sipil yang disandera dan anak-anak akan dibebaskan dari Gaza. Imbalannya adalah Israel membebaskan sejumlah perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara. Waktu dimulainya gencatan senjata akan diumumkan dalam 24 jam ke depan.
Perjanjian tersebut adalah gencatan senjata pertama dalam perang di mana pemboman Israel telah meratakan sebagian besar wilayah Gaza yang dikuasai Hamas. Sebanyak 13.300 warga sipil di daerah kantong kecil berpenduduk padat itu tewas. Sebanyak dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Gaza kehilangan tempat tinggal.
Netanyahu pada Selasa bertemu dengan kabinet perang dan kabinet keamanan nasional untuk membahas mengenai gencatan senjata itu. Menjelang pengumuman perjanjian tersebut, Netanyahu mengatakan intervensi Presiden AS Joe Biden telah membantu meningkatkan perjanjian tentatif tersebut sehingga mencakup lebih banyak sandera dan lebih sedikit konsesi. Namun Netanyahu mengatakan misi Israel yang lebih luas tidak berubah.
“Kami sedang berperang dan kami akan melanjutkan perang sampai kami mencapai semua tujuan kami. Untuk menghancurkan Hamas, mengembalikan semua sandera dan memastikan tidak ada entitas di Gaza yang dapat mengancam Israel,” katanya dalam rekaman pesan di awal pertemuan dengan kabinetnya.
Media Israel mengatakan pembebasan sandera pertama diperkirakan terjadi pada hari Kamis. Penerapan kesepakatan tersebut harus menunggu selama 24 jam untuk memberikan kesempatan kepada warga Israel untuk meminta Mahkamah Agung memblokir pembebasan tahanan Palestina.
Kepala perunding Qatar dalam perundingan gencatan senjata, Menteri Negara di Kementerian Luar Negeri Mohammed Al-Khulaifi, mengatakan bahwa Komite Palang Merah Internasional akan bekerja di Gaza untuk memfasilitasi pembebasan para sandera.
“(Ini) akan menjadi periode intensif di mana kami akan berkomunikasi langsung 24/7 dengan ICRC dan kedua pihak untuk memastikan bahwa kami menyempurnakan pembebasan para sandera,” kata Al-Khulaifi. (ArG)
Sumber : Reuters