Amal Cinta Al Aqsha – Muncul berbagai spekulasi di balik masifnya agresi militer Israel ke Palestina. Namun Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Israel, Ofer Neiman, Minggu (12/11/2023), membocorkan rencana pemerintah zionis di Tel Aviv yang ingin membersihkan etnis di Palestina dengan menyerang Gaza.
Menurut dia pemindahan paksa oleh tentara Israel terhadap rakyat Palestina dari utara ke selatan Jalur Gaza adalah langkah pertama pembersihan etnis. Serangan Israel yang telah berlangsung selama lebih dari satu bulan bertujuan mendorong paksa warga Palestina di Gaza ke Selatan lalu ke perbatasan dengan Mesir.
“Ujung-ujungnya warga Gaza dipaksa mengungsi ke Sinai wilayah Mesir sehingga Gaza bersih dari etnis Palestina,” kata Neiman seperti laporan Anadolu.
Neiman mengatakan tindakan pemerintah Israel itu bertujuan melakukan pembersihan etnis dengan mengusir warga Palestina dari Gaza ke Semenanjung Sinai di Mesir.
“Kita juga melihat bahwa selatan Gaza tidak aman bagi warga Palestina,” katanya, “Kita menyaksikan serangan dan pemboman tentara Israel terhadap warga Palestina di sana juga.”
“Saya pikir kita perlu memahami pemerintah Israel tidak ingin melihat warga Palestina di Gaza,” kata Neiman.
“Saya tidak terbayang bahkan Presiden AS Joe Biden akan mengizinkan ini,” kata dia.
Meskipun dia ragu Joe Biden akan menyetujui pembersihan etnis Palestina di Gaza.
“Saya pikir warga Palestina punya hak untuk melawan tentara Israel. Menurut hukum internasional, warga sipil harus dilindungi dari kedua belah pihak,” katanya.
“Saya pikir orang yang rasional yang memahami hukum internasional dan situasi di sini akan mengatakan warga Palestina punya hak untuk melawan pasukan Israel yang terlibat dalam pendudukan dan apartheid,” katanya.
“Bahkan beberapa politisi Israel yang jujur mengatakan warga Palestina punya beberapa hak untuk melawan dan bukan berarti setiap serangan Palestina adalah terorisme.”
Menggarisbawahi bahwa narasi resmi Israel menyebut setiap tindakan Palestina sebagai “terorisme” secara sembarangan, Neiman mengatakan, “Bahkan ketika Hamas menyerang tentara Israel atau warga Palestina melawan tentara Israel di Tepi Barat, Israel hanya menyebut mereka teroris. Ini adalah posisi yang cukup bermasalah bagi pemerintah Israel.”
Amerika Pemasok Senjata Terbanyak ke Israel
Sejak pertempuran di Gaza memanas, Israel diperkirakan telah menghabiskan anggaran sebesar 51 miliar dolar AS untuk perang melawan Hamas.
Anggaran perang dengan jumlah yang fantastis itu sontak memicu pertanyaan publik terkait asal pendanaan yang didapat pemerintah Israel, belakangan diketahui pendapatan tersebut didapat Israel berkat sokongan dana yang aktif diberikan sekutunya yakni Amerika Serikat, sebagai bentuk kampanye untuk memerangi Hamas.
Adapun bantuan yang digelontorkan AS kepada Israel dituangkan dalam nota kesepahaman (MOU) berdurasi 10 tahun yang berisi perjanjian yang menjelaskan Amerika akan memberikan bantuan militer kepada Israel hingga tahun 2028 lewat program Pembiayaan Militer Asing (FMF), yaitu hibah yang memungkinkan penerimanya membeli barang dan jasa pertahanan AS.
Tak tanggung – tanggung untuk membantu negara Israel melumpuhkan Hamas, setiap tahunnya negeri Paman Sam ini menyumbangkan bantuan militer senilai 3,8 miliar dolar AS atau setara Rp 60,27 triliun sejak 1946 hingga 2023.
Apabila jumlah tersebut di total, maka bantuan pertahanan yang diberikan Amerika ke Israel selama 77 tahun terakhir telah mencapai 124 miliar dolar AS atau Rp 1.966,48 triliun (Satuan kurs Rp 15.694).
Jumlah tersebut bahkan melampaui dua kali lipat dari penerima bantuan luar negeri AS untuk Mesir yang hanya 151,9 miliar dolar AS dalam 77 tahun terakhir, sebagaimana dikutip dari data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).
Hubungan mesra yang terjalin antara Amerika Serikat dengan Israel hingga membuat Washington rela memberikan dukungan militer, keuangan, dan diplomatik berskala besar kepada Tel Aviv lantaran Israel memegang peran utama dalam menjaga kepentingan AS di kawasan Timur Tengah.
Salah satunya karena Israel berfungsi sebagai penyalur persenjataan AS ke rezim global seperti apartheid Afrika Selatan, Republik Islam di Iran, junta militer di Guatemala, dan Contras Nikaragua.
Tak hanya itu AS melihat bahwa Israel adalah negara yang bisa membantunya untuk menguasai minyak di Timur Tengah. AS menilai Israel sebagai mitra yang dapat memperkuat posisinya di kawasan tersebut dan mengimbangi pengaruh Soviet.
Dikutip dari Al Jazeera, faktor lain yang melatarbelakangi dukungan AS lantaran Israel masih memegang kendali lebih besar dalam opini publik Amerika, menurut survei tahunan yang dilakukan oleh Gallup di 2022 kemarin sebanyak 58 persen warga AS lebih bersimpati terhadap Israel, sementara 75 persen warga AS menilai Israel lebih baik.
Berkat suara tersebut, Partai Demokrat, Partai Republik, hingga mayoritas anggota Kongres menyatakan dukungan mereka terhadap Israel agar dapat menguasai opini publik masyarakat Amerika. (ArG)
Sumber: Al Jazeera/Anadolu/Tribun